Sudah sekian lama Nabi Zakariya a.s berdakwah kepada kaum Bani Israil. Namun begitu banyak orang yang tidak mau beriman kepada Allah SWT.
Tak jarang dakwahnya mendapat tentangan dari dan hinaan dari kaumnya. Ia berjuang sekuat tenaga untuk mengembalikan kaumnya kepada jalan yang benar.
Usianya sudah seratus tahun lebih, tetapi belum juga dikaruniai anak yang akan melanjutkan perjuangannya nanti. Istri yang ia cintai pun usianya sedah depalan puluh tahun lebih. Mustahil kiranya ia mendapatkan keturunan jika bukan karena sebuah mukjizat. Namun, ia tidak putus asa mengharap pertolongan Allah SWT.
Ia merasa sedih dengan sikap kaum Bani Israil yang keras kepala. Nabi Zakariya a.s pun terus berdoa memohon petunjuk Allah SWT. “Ya Allah, usiaku sudah sangat tua, tenagaku sudah jauh berkurang, aku kawatir jika aku meninggal nanti, tidak ada yang melanjutkan perjuanganku!”.
Setiap hari Nabi Zakariya a.s merenung dan berdoa di Baitul Maqdis. Tempat yang selama ini ia mengabdikan dirinya kepada Allah SWT.Di tengah malam yang hening, ia pun terus memanjtkan doanya. Berharap Allah SWT memberikan seorang anak.
“Ya Allah, ya Tuhanku, karuniakanlah kepadaku seorang anak yang baik dan saleh”.
Allah SWT, mengabulkan doanya dan mengutus Malaikat Jibril untuk memberikan kabar gembira. “Wahai, Zakaria, kami berikan kabar gembira. Engkau akan memperoleh seorang putra yang bernama yahya.” Sapa Malaikat Jibril.
Nabi Zakariya a.s sangat terharu mendengar kabar itu.“Ya Allah, ya Tuhanku, bagaimana aku bias memperoleh seorang anak? Istriku mandul dan aku sendiri sudah tua dan tidak bertenaga lagi!”.
“wahai Zakaria, semua itu adalah hal yang mudah bagi-Ku!” Nabi Zakariya a.s bukan main senangnya.
“Ya Allah, seandainya engkau mengaruniakan kepadaku anak, berilah bagiku suatu tanda!”pinta Nabi Zakariya a.s.
“Tandanya ialah, engkau tidak berbicara dengan manusia lain tiga hari berturut-turut kecuali dengan isyarat! Sebutkan nama-ku dan ingatlah Tuhanmu sebanyak-banyaknya, bertasbihlah pagi dan petang!”Allah SWT, berfirman.
Sejak saat itu, setiap pagi dan petang is terus berzikir kepada Allah SWT. Tiga hari tiga malam ia berpusasa dan tidak juga berbicara dengan orang lain. Baitul Maqdis saksi ketaatan dan kepasrahan Nabi Zakariya a.s.Tidak lama kemudian, kebahagiaan pun menghampiri Nabi Zakariya a.s dan istrinya. Isrtinya pun mengandung. Sungguh mukjizat yang luar biasa dari Allah SWT. Tak henti-hentinya Nabi Zakariya a.s bersyukur kepada Allah SWT. Hanya mukjizat dari Allah SWT yang membuat semuanya terjadi. Setelah genap usia kandungan istrinya, lahirlah Yahya. Nama yang langsung diberikan Allah SWT kepada Nabi Zakariya a.s.
Nabi berharap, kelak anaknya bias melanjutkan perjuangannya untuk membimbing kaum Bani Israil kembali ke jalan yang benar dan diridai Allah SWT.
Jauh sebelum Nabi Zakariya a.s memiliki anak, sebenarnya ia sudah mengurus anak, seorang anak perempuan. Anak perempuan yang diasuhnya menjadi salah satu perempuan agung di dunia akhirat.Kisahnya diawali ketika kerabatnya yang bernama Imran menikah dengan Hana binti Fakhud. Keduanya menjadi pasangan yang saleh dan salehah. Sayangnya, Imran meninggal saat usia kandungan istrinya barenam bulan. Hana binti Fakhud kemudian bernazar bahwa anaknya nanti akan menjadi seorang pelayan di rumah ibadah. Setiap hari berdoa. Tentu ia berharap anaknya yang lahir laki-laki.
Yang terjadi justru sebaliknya. Pada usia kelahiran, ternayat anak yang lahir itu perempuan. Anak itu kemudian diberi nama Maryam.Karena sudah bernazar, maka anak itu pun diserahkan kepada pengurus rumah ibadah saat itu, yakni Nabi Zakariya a.s.
Nabi Zakariya a.s yang menjadi pengurus Baitul Muqodas. Dia masih keturunan Nabi Sulaiman. Silsilahnya adalah Zakariya a.s bin Yehoiada bin Yusahafat bin Asa bin Abis bin Rehabeam bin Sulaiman bin Daud.Maryam diserahkan pengasuhannya kepada Nabi Zakariya a.s melalui suatu undian. Ternyata, nama Nabi Zakariya a.s yang muncul sehingga dialah yang berhak mengasuh bayi Maryam.
Dalam bimbingan Nabi Zakariya a.s Maryam binti Imran tumbuh menjadi seorang perempuan yang saleha.Selama ini, ia tingga di Mihrab, di salah satu ruang yang ada di Baitul Muqodas.
Pada suatu ketka Nabi Zakariya a.s terlambat dating menjenguk Maryam.
Pada waktu itu sedangmusim dingin. Yang mengherankan, di depan Maryam tersaji makanan berupa buah-buahan musim panas. Tentu saja, hal itu membuat Nabi Zakariya a.s menjadi keheranan.
Maryam menjawab, “ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa kucari dan ku minta. Di waktu pagi, kala matahari terbit, aku mendaptkan rezekiku ini sudah berada di depan mataku. Demikian pula bila matahari terbenam di waktu senja. Mengapa paman merasa heran dan takjub? Bukankah Allah berkuasa memberikan rezeki-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?”. Nabi Zakariya a.s mengetahui bahwa Maryam kemenakannya itu bukan perempuan biasa. Dia adalah perempuan yang agung. Karena itu, ia menjadi semakin manaruh hormat kepadanya. Kehadiran Maryam membuat keinginannya untuk mendapatkan anak semakin kuat. Meskipun istrinya mandul, bila Allah SWT berkehendak, hal itu sangatlah mudah.
Ia melihat sendiri di depan matanya, bagaimana Maryam mendapatkan hidangan buah-buahan musim panas, saat cuaca musim dingin?
Apalagi pada masa hidupnya, keadaan Bani ISrail dalam keadaan kocar-kacir. Setelah leluhurnya, Nabi Sulaiaman a.s meninggal dunia, dua belas uku keturunan nabi Yakub a.s kembali berebut tahta.
Masing-masing ingin menjadi penguasa. Akibatnya, kondisi Bani Israil menjadi lemah tak bertenaga.
Sekonyong-konyong, Raja Nebukatnezar menyerang Baitul Muqoda.
Memang ada perlawanan, tetapi musuh terlalu kuat. Kota Yerusalem bobol, dan pasukan musuh menjarah kekayaan peningglaan Nabi Sulaiman a.s.Bani Israil atau bansa Yahudi kemudian tersebar ke beberapa Negara. Sebagian pergi kea rah Hejas, kea rah dekat Madinah, Khaibar, dan sekitarnya.
Nabi Zakariya a.s adalah keturunan dari Nabi Sulaiaman a.s yang kebetulan tidak meninggalkan Baitul Muqodas.
Selanjutnya, negeri Yerusalem berada dalam kekuasaan Romawi. Nabi Zakariya a.s menyadari bahwa bangsa Yahudi sulit untuk diatur. Ia sendiri berdakwah untuk bangsa Yahudi, tetapi dakwah sepertinya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, tidak berbekas.
Ketika usianya sudah semakin lanjut, sedangkan dirinya tidak mempunyai keturunan. Siap lagi, nanti yang akan membimbing Bani Israil?
Kenyataan itulah yang membuat dirinya memiliki tekad untuk terus berdoa. Doa yang dipanjatkan Nabi Zakariya a.s pun direkam dalam Alquran.
“Rabbi habi minash-salhiin.” “ya, Allah, karuniakan kepada kami seorang anak yang saleh.”
Doa yang dipanjatkan tanpa mengenal letih, itu akhirnya membuahkan hasil. Allah SWT menyuruh Malaikat Jibril untuk memberikan tahu tentang akan lahirnya anak Nabi Zakariya a.s untuk mendapatkan seorang anak yaitu Yahya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar